Asslamu'alaikum Warohmatullahi Wabarkatuh...!
Dengan Hormat,

saya yang lemah tak berdaya, tak dapat berbuat apapun tanpa izin Allah SWT.
sudi berbagi dengan anda, saling mengisi bila berbeda dan saling mengerti bila sama...!

Jumat, 27 Mei 2011

politik di desa

kalau menurut hemat saya kalau kampanye di desa susah-susah gmapang....
kenapa kok seperti itu..? karena masyarakat desa saat ini sudah mulai mengerti dengan politik, apa lagi di pedesaan tidak sedikit mereka yang kuliah.... tapi walaupun mayoritas mereka tidak kuliah mereka mengerti apa itu politik....  jangan sembarangan anda masuk ke pedesaan berkampanye baik anda calon kepala desa ataupun calon dewan...
1. cara yang paling ampuh di desa sudah terbukti adalah dengan cara bersodekoh kepada setiap individu ( 20 rb /orng ) lumayan buat mereka... untuk menarik simpati. gak usah banyak pidato mereka gak butuh pidato anda... mereka hanya butuh makan...tapi awas hati-hati dengan pengawas ( KPU ) kalau ketemu bisa di diskualifikasi anda...
2. cara yang paling ampuh lagi ...  anda adakan tasayakkuran tokoh-tokoh terpenting anda undang sebagai kiayai tasyakkuran di rumah anda... tiap individu masyarakat anda kasi sodakoh dan bisiki dia ( "pilih saya gitu" ) tapi jangan sogokan ya... nanti kalau sogokan dilarang niatkan dlam hati anda kalu anda bersodakoh Ok.
sementara itu saja yang lebih tau anda dengan nasib anda... jangan lupa masa depan anda tergantung usaha anda, berusaha dan berdoa, agar anda tercapai apa yang anda inginkan... semoga bermanfaat selamat berkampanye... dari mohammad tiris

KONSEP ISLAM SIKAP HIDUP ORANG BERIMAN

MAKALAH 
TENTANG
MEMAHAMI KONSEP ISLAM
SIKAP HIDUP ORANG BERIMAN


Disusun Oleh :
Nama         : MOHAMMAD
NIM            : 08560223

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2011

I.     KONSEP IMAN

Memahami Konsep islam tentang sikap hidup orang beriman dalam Al-qur’an Allah swt berfirman di dalam Surah Al-Baqarah “ Laisal Birra antuwaallu Wujuhakum ilal Masyriki wal Maghribi,…Walakinnal Birra man aamana Billahi wal yaumil akhiri, Wal Malalaakati Wal Kitaabi Wannabiyyin, Wa Atal Maala ala Hubbihi Sawil qurbaa wal Yataama Wal Masakina wabnis Sabiil, Wassailiina wa firrikaab, Wa akaama sholata, wa ataszakata wal Maufuuna Biahdihim Idza ahaduu, wassabirinaa fil ba’saai waddhorroi Wa hinal ba’si Uulaiika Ladzina sadaquu wa Ulaika humul Muttaqun.
Dalam suatu Hadist shohih diriwayatkan oleh Umar Ibnu Khottab Ra, berkata ketika Rasulullah saw sedang duduk bersama beberapa sahabat maka datanglah Malaikat Jibril as: mengajarkan tentang Islam, Iman dan Ihsan. Dari sinilah kemudian kita mengenal tentang 5 (lima) Rukun Islam yang wajib bagi seluruh Ummat Islam yakni Mengucapkan kalimat syahadat yaitu melakukan persakisian yang sebenar benarnya bahwa tidak ada Tuhan yang patut disembah kecuali Allah swt dan Muhammad Rasulullah saw adalah utusan Allah, Mendirikan Sholat, Membayar Zakat, Berpuasa pada bulan suci Ramdhon, dan melaksanakan Ibadah haji bagi mereka yang mampu melaksanakannya. Selanjutnya, Jibril as: juga mengajarkan kepada kita melalui Rasulullah saw tentang Iman yang kita kenal dengan apa yang disebut dengan Rukun Iman yaitu Beriman kepada Allah swt, Beriman kepada Malakait, Beriman kepada Kitab kitab Allah swt yang telah diturunkan kepada Rasulnya 
( yakni kepada Nabi Nuh as Suhuf, kepada Nabi Ibrahim as: Kitab Zabur, Kepada Nabi Musa as; Taurat, Kepada Nabi Isa as : Injil, dan terakhir yang merupakan penyempurnaan sekaligus dijaga langsung oleh Allah swt akan kemurniannya yaitu Kitab Al;-Qur’an kepada Rasulullah Muhammad saw), Kemudian beriman kepada Rasul dan Nabis Allah swt, beriman kepada hari akhir (pembalasan) dan Ridho terhadap ketentuan Allah yang baik ataupun yang buruk. Dan terakhir, Jibril juga mengajarkan melalui Rasulullah saw tentang ke ikhlasan bahwa Ikhlas itu adalah menyembah atau beribadah kepada Allah swt seakan akan melihat Allah swt dan jika tidak, maka yakinlah bahwa Allah swt pasti melihat kita.
Imam Nawawi dalam menerangkan tentang takdir Allah swt menyatakan bahwa Takdir itu ada empat macam; pertama, Takdir dalam masalah Ilmu Allah swt sehingga dikatakan hidayah lebih didahulukan dari kedudukan, kebahagiaan didahulukan dari duka, membangun masa depan didahulukan atas apa yang telah berlalu, sebagaimana Rasulullah saw ” : Laa Yuhlaka Alal Lahi Illa Haalika” bahwa Allah swt tidaklah membuat sesorang menjadi Jahat kecuali memang dia itu Jahat yakni tertulis di dalam Ilmu Allah swt bahwa seorang tersebut adalah penjahat disebabkan pengetahuan Allah swt bahwa sesorang tersebut adalah jahat. Kedua, Takdir yang tertulis di “Lawkhul Makhfudz” yang menurut imam Nawawi takdir yang berada di lawkhiul Makhfudz tersebut dapat berubah, sebagaimana Allah swt berfirman” Yamhul Laahu Maa Yasyaaa Wa Yustbitu Wa Indahu Ummul Kitaab” yang Artinya Allah swt dapat merubah sesuatu hal atas Kehendaknya dan dapat Menetepkannya dan Dialah pemilik Kitab Utama yang berada di Lwkhiul Makhfudz tsb” . Sehubungan dengan hal ini, Ibnu Umar r.a pernah berdoa bahwa Ya Allah jika Engkau telah menuliskan diri ini sebagai orang yang bernasib Buruk, merugi atau Fasik maka berilah aku pemahaman dan tulislah aku sebagai orang yang berbahagia. Ketiga, adalah takdir saat seseorang berada didalam Rahim Ibunya dimana Malikat mendapat tugas dari Allah swt untuk menulis tentang rejeki, ajal, tentang umur dan tentang nasib bahagiaan atau duka (kerugian) seorang manusia. Ke empat, Takdir baik dan buruk bahwa Allah swt menciptakan kebaikan dan keburukan, Allah swt berfirman Bahwa “Sesungguhnya orang orang yang Mujrim itu berada dalam kegelapan dan kerugian”, Allah juga berfirman dalam surat Al Falaq, Aku berlindung dari para tukang nujum dan aku berlindung kepada Allah dari keburukan apa yang telah diciptakanNya”1. Imam Nawawi juga menegaskan bahwa Takdir yang berada di Lawkhul Makhfudz dapat dirubah sebagaimana didalam hadist Rasulullah saw bahwa sesungguhnya Sedekah dapat menyambung silaturrahmi yang telah putus dan bermanfaat bagi menghapus perbuatan buruk dan membuat hati menjadi bahagia”. Imam Nawawi juga mengutif Hadist Rasulullah saw tentang pertarungan dan perkelahian antara Doa dan Musibah yang saling melakukan pembunuhan dilangit bumi dan ketika Doa memenangkan pertarungan tsb, doa dapat menepis musibah sebelum diturunkan” . Lain halnya dengan Faham Qadariyah dan Kaum Majusi meyakini dan beranggapan bahwa Allah tidak menciptakan kejadian baik dan buruk dan baru kemudian mengetahui sesuatu setelah sesuatu telah terjadi. Keyakinan Qadariyah semacam ini adalah merupakan suatu kebohongan besar yang melakukan pengurangan terhadap Kebesaran dan kemampuan Ilmu Allah swt yang memiliki sifat dan Ilmu serta kekuasaan yang maha Tinggi suci dan Agung. Dialah yang Maha mengetahui tentang apa yang telah terjadi dan apa yang akan terjadi, Dia jualah yang maha tahu tentang apa yang dhohir dan tentang apa yang kalian sembunyian. Sesungguhnya Allah juga maha mengetahui tentang segala yang Ghoib.
Dari hadist tersebut diatas dapat kita tarik beberapa keseimpulan :
Pertama, bahwa Iman adalah bukan sekedar keyakinan teguh tetapi menurut ijmaul ulama dan fuqaha adalah sesuatu yang harus di ikuti dengan iradah usaha dan amal sholeh sehingga keyakinan dan keimnan tersebut tumbuh menjadi rahmat dan kekuatan yang membumi dan bermanfaat, baik bagi Individu, maupun bagi masyarakat dan lungkungan serta alam sekitarnya. Rasulullah saw bersabda: Al Iman laisa Attamannu Wattahayyul” . Bahwa Iman adalah bukan sesuatu yang dapat di capai hanya dengan melamun dan berkhayal, melainkan sesuatu yang dicapai dengan usaha yang sungguh sungguh melalui berbagai upaya amal sholeh dan kerja keras dalam mencapai keyakinan sampai datangnya El Maut. Allah swt berfirman : “ Sesungguhnya Allah swt tidak akan mengubah nasib suatu kaum sampai suatu kaum tsb mengubah nasibnya sendiri”. Dalam banyak surat, Allah swt seringkali menggandengkan antara Iman dan amal sholeh Misalnya “ dalam surah Al Ikhlas, Wal asri Inal Insaana lafii Husrinn, Illal Lasiina amaanu wa amilussholihat ,….ila akhiri. Bahwa “Demi Masa, Sesungguhnya manusia itu benar benar berada dalam kerugian kecuali orang orang yang beriman dan beramal sholeh serta saling ingat mengingatkan dalam kebaikan dan kebenaran dan bersabar dalam saling mengingatkan.”
Kedua, Bahwa orang yang telah Islam dan Muslim belum tentu beriman, tetapi sebaliknya orang yang beriman tidak diragukan lagi Keislamannya. Allah berfirman “Berkata orang A’rab yaitu orang orang Munafik Kami telah beriman , katakanlah kamu belum lagi beriman tetapi katakanlah kalian beru dikatakan islam”. Hal ini juga sesuai dengan realitas bahwa betapa banyak ummat Islam yang Sholat dan puasa serta haji tetapi secara mendasar jiwa mereka tidak beriman dan mengingkari serta mendustakan Allah swt, malaikat atau kitab dan hari pembalasan.
Ketiga, Para ulama berbeda pendapat tentang eksistensi karakter iman sebagai sesuatu yang baku (fixed) dan iman sebagai sesuatu yang mengalamai flaktuasi (naik – turun). Namun Jumhurul Ulama berkeyakinan bahwa Iman adalah sesuatu yang berfluctuasi dan dapat mengalami pasang surut sehingga diperlukan suatu perawatan atau maintenance dalam kuntinyuitas kelangsungannya yang berkesinambungan. Jika iman itu kita andaikan sebagai sesuatu yang memiliki jazad seperti mobil misalnya, maka agar mobil tersebut dapat tetap berjalan dan berfungsi dengan baik, mobil tersebut harus senantiasa dirawat di cunning, discharging batreinya diperbaharui olinya, diganti seat covernya yang sudah usang dijaga dari sengatan sinar matahari dan hujan lebat, dilap dan dicuci, sehingga bisa mengkilap seperti cermin yang dapat memantulkan cahaya gambar yang di hadapkan padanya. Jika mobil yang dalam realitas kehidupan sehari hari hanya merupakan alat transportasi dari suatu titik ke titik lainnya, kita hargai sedemikian rupa, lalau bagaimana dengan Iman? Iman adalah satu satunya alat transportasi utama yang dapat menyelamatkan kita dari perjalanan dunia menuju negara akhirat. Itu dilihat dari segi fungsinya yang satu arah (one traffic line) dan jika kita amati fungsi iman dari fungsinya yang ,muti dimensi maka dapat dipastikan bahwa iman memiliki pengaruh yang sangat besar dan luas dalam kehidupan pribadi, keluarga, maysrakat dan bernegara termasuk didalamnya pengaruh Iman terhadap kesejahteraan dunia dan akhirat seperti yang menjadi thema sentral kita saat ini.
Ke empat, bahwa Takdir Allah swt terbagi atas empat termasuk diantaranya takdir Allah swt yang tertulis di Lawhul Makhfudz yang menurut imam Nawawi bisa diubah dengan usaha, doa dan sedekah.

II. SIKAP ORANG BERIMAN
Persoalannya sekarang adalah bagaimana kita dapat mendeteksi keimanan kita. Persoalan ini memerlukan mujahadah dan usaha yang besar . Terdapat sejumlah ciri ciri sikap orang yang beriman, diantaranya Allah swt menggambar dalam Surah Al Mukmin Allah swt berfirman “ Qad’ Aflahal Mukimunun, Alladziina fii Sholatihim Khosyiuun, Walladziinahum anil Laghwi Mu’ridhun, Walladziinahum Lizzakatii faailuun, wal Ladziinahum li furujihim Khofidzuun,…Illa ala adzwaajiihim auw maa malakat aimanuhum fainnahum ghoiru maluumiin, Walladzina ala shalawaatihim Yuhafidzuun, wal Ladzina li amanaatihim khofidzun Ulaaika khumul waaridzuun, alladziina yaridzuunal firdaus hum fiiha Kholidun. Ayat ini secara eksplisit menggambarkan tentang ciri ciri sikap orang orang yang beriman yang dijanjikan kebahagiaan dan kesuksesan dunia serta Surga Firdaus yaitu :
1. Mendirikan Sholat lima waktu dengan Khusyu. Sholat yang khusyu adalah Sholat yang menghadirkan jiwa dan pikiran serta menundukkan seluruh raga dihadapan Allah swt disamping semaksimal mungkin mematuhi rukun, wajib dan syarat Sholat yang benar dan baik dengan mjerasakan bahwa kita sedang melihat dan merasakan kehadiran Allah swt, atau minimal kita dapat merasakan bahwa Allah pasti melihat kita. Sholat khusyu inilah yang kemudian dapat memberi manfaat individu dan sosial, salah satu diantaranya adalah “ Tanha anil Fahsyai wal Mungkar” menjadi perisai dan penghalang bagi kita dalam berbuat keburukan dan kejelekan. Disinilah makna Sholat sebagai ibadah ritual dan media pertemuan dengan Allah swt disuatu sisi dan ibadah sosial disi lain yang yang termanifestasi untuk selalu menghadirkan Allah swt pada setiap kegiatan individu dan sosial. Sehingga segala aktivitas ibadah seorang yang mukmin, baik itu dikantor, di pasar, dijalan ataupun dirumah dan dikamar pada saat sendirian atau berdua selalu diringin oleh eksistensi keberadaan Allah swt sebab “Wa Huwa Maakum Ainama Kuntum,….”. Dan Dia Allah swt selalu bersama kalaian dimanapun kalian berada. Dan dialah yang kedua atau yang ketiga, atau yang ke empat.
2. Menolak hal hal yang bersifat Laghwi, atau hal hal yang dapat melalaikan. Banyak hal yang dapat melalaikan kita dari mengingat dan melaksanakan kewajiban kita kepada Sang Kholiq Allah swt. Misalnya, apa ya…Televisi, Gaple dan Catur atau apa saja yang membuat kita bisa lalai sampai lupa Sholat. Pada dasarnya Nonton Televisi, Main Gaple dan caturnya sih sah sah saja, silahkan nonton atau bermain sepanjang jangan di ikuti dengan taruhan, tetapi ingat jangan hal itu menyebabkan kita menjadi lali dan lupa akan kewajiban kita kepada Allah dan mengingat Allah swt. Diterangkan didalam Riwayat Hadis Rasulullah didalam kitab hadist Sunan Ibnu Daud Bab Sholattul Khouf bahwa saking pentingnya apa yang disebut dengan Sholat, Rasulullah memerintahkan Sholat untuk selalu didirikan kendatipun dalam keadaan berperang dan menghadapi dentuman serangan tembakan Musuh. Demikian juga dalam bab dan Sholatul Matlub Rasulullah pernah memerintahkan salah seorang shahabat untuk membunuh Seorang pembesar Quraisy yang mengumpulkan orang orang kafir untuk memerangi Rasulullah dan kaum Muslimin, tetapi ditengah jalan sahabat tersebut tertangkap waktu Ashor sehingga shabat tsb terpaksa sholat sambil jalan sebelum kemudian menusukkan pedangnya ke pembesar Quraisy yang di incarnya.
        Oleh sebab itu, sudah menjadi konsekwensi bagi mereka yang menolak Laghwi untuk selalu berusaha menyibukkan diri dengan hal hal yang bermanfaat, sehingga Laghwi itu tidak memiliki kesempatan untuk mengelabuinya. Misalnya, dengan membuat alakahs pengajian dan penambahan ilmu semacam yang kita lakukan sekarang ini,…alakah semacam ini sepintas lalu mungkin sangat sederhana dan nampak sedikit sekali manfaatnya bagi orang yang tidak mengetahui hakikatnya. Tetapi bagi yang mereka yang menetahui hakikatnya adalah sangat luar biasa dan dahsyat, sebab dalam salah satu Hadist disebutkan bahwa alaqah imaniah dan ilmiah semacam ini, tidak hanya menambah ilmu dan iman serta pengalaman, tetapi juga dihadiri oleh para malaikat yang sibuk berdoa bagi mereka yang hadir dalam alaqah tsb. Bayangin aja kalau yang doain malaikat, yang kita tahu Malaikat adalah merupakan makhluk al Muqarrabin atau yang yang paling dekat dengan Allah swt dan tidak pernah berbuat dosa.
3. Walladziinahum Lisdzakaatii Faailun. Kenapa kok Dzakat ? sebab pada point pertama Allah menyeruh hubungan yang kuat terhadap Allah swt atau hablum minallah dengan mendirikan sholat dengan Khusyu. Kemudian pada point kedua diatas, Allah seakan akan menitip pesan khusus bagi setiap manusia untuk mengendalikan diri, nafsu dan syaitan dengan menolak Laghwi atau hal hal yang dapat elalaikan. Maka pada point ke tiga, Allah menjadikan ciri bagi orang Mukmin yang bahagia itu adalah membayar Dzakat. Dzakat adalah Hablum Minannas yang mengisyaratkan bahwa setelah memiliki hubungan kuat dengan Allah dan mengendalikan diri, nafsu dan syaitan, maka tiba saatnya berajak kepada suatu bentuk realisasi pengorbanan sosial. Sebab banyak juga orang Islam, kalau diperintahkan Sholat tidak terlalu berat baginya, sebab sholat modal dan kuncinya cuma Wudhu dan khusyu. Demikian juga pada point kedua dalam mengalahkan Hawa nafsu dan syaitan, tidak dibutuhkan pengorbanan harta, tetapi pengorbanan yang bersifat pribadi semata. Lainhalnya dengan Dzakat, ibadah satu ini juga secara dhohir adalah memiliki implikasi dan realisasi sosial yang sangat luas dan luar biasa khususnya bagi kesejahteraan atau Hablum minannas, tetapi secara hakiki, Dzakat juga merupakan hablum minallah, dimana Allah swt akan menjadikan tamu agung bagi setiap orang yang rajin berDzokat atau sedekah. Beberapa kehebatan dan keunggulan Dzakat :
    Pertama, Dzakat adalah ibadah yang membutuhkan pengorbanan harta,sama seperti sedekah, Haji dan Kurban.

    Kedua, Dzakat adalah merupakan instrument ekonomi islam yang memiliki fungsi yang sangat effektif dan effisien dalam menanggulangi masalah Kemiskinan yang merupakan masalah utama dunia global saat ini, disamping merupakan instrument ekonomi real kaum lemah yang merupakan fondasi kekuatan ekonomi dll.

    Ketiga, Dzakat memiliki sifat alami yang tidak hanya membersihkan dan mensucikan harta dan jiwa bagi pemiliknya, tetapi juga memiliki sifat tanbah dalam kelipatan 100 %. Sebagai mana Rasulullah saw bersabda bahwa Dzakat dan Sedekah itu membersihkan dan mensucikan. Rasulullah saw juga bersabda “Anna likulli sadakatin miati habbah wallahu yudhoifu man yasyaa” Bahwa dalam setiap satu sedekah atau Dzakat itu memiliki nilai tambah kelipatan seratus dan sesungguhnya Allah swt akan memuliakan siapa saja yang dikehendakiNya”

4. Alladziinahum fii Furujihim Khafidzuun. Menjaga kemaluan adalah sesuatu yang hukumnya Wajib bagi setiap Muslim dan haram hukumnya melakukan Zina sebab tidak hanya berbahaya bagi moral tetapi juga bagi kemajuan kesejahteraan suatu masyarakat. Zina adalah salah satu dosa besar yang dapat melahirkan perbuatan perbuatan maksiat atau dosa dosa besar lainnya, seperti Korupsi, Perampokan, Pembunuhan dan Perjudian serta yang paling merugikan lagi adalah memusnahkan kekuatan generasi pelanjut. Alhamdulillah Negara Republik Indonesia secara Undang Undang telah mensahkan Undang Undang Anti Pornography. Ini adalah merupakan suatu kemajuan besar yang perlu kita dukung bersama, tidak hanya dalam bentuk tataran legal dan perangkat hukum tetapi juga harus terus kita dukung dalam tataran sosialisasi aplikasinya yang merata ditengah masyarakat. Hal ini tentunya mustahil dapat terwujud tanpa kita harus memulainya dari diri kita dan keluarga terdekat. Di dalam hadist dikatakan bahwa berzina tidak hanya akan melahirkan dan membawa berbagai macam kehancuran moral dan penyakit bagi masyarakat tetapi juga akan melahirkan kemiskinan. Karena itu, menjastifikasi perzinahan sebagai sumber pendapatan dan devisa negara seperti yang di jadikan alasan oleh sebagian orang orang tertentu yang fasik perlu dikaji ulang.
5. Alladziinahum Li Amaanaatihim hafidzuun. Ciri orang yang beriman yang kelima adalah mereka yang senantiasa menjaga dan mendirikan serta menyampaikan amanat yang telah diberikan kepadanya. Amanat disini memiliki pengertian yang sangat luas, baik itu amanah Risalah sebagai suatu amanah paling besar dan dahsyat, maupun amanah amanah lainnya yang bersifat pribadi maupun publik. Tidak heran, jika kemudian persoalan amanah ini juga menjadi salah satu tolak ukur yang memisahkan antara orang beriman dengan orang Munafik. Rasululah saw ; terdapat tiga ciri utama bagi orang munafik yaitu: “idzaa Wa’adah khalafah, Wa idzaa hadastah katsabah, Wa istatuminah Khonah”. Jika iya berjanji ia mengingkari janjinya, dan jika menyampaikan suatu kabar dan cerita, Ia berdusta, dan jika ia diberi amanat, ia menghianati amanat tsb. Karena itulah sehingga Allah swt banyak sekali didalam alQur’an mengancam keras para pendusta dan penghianat dengan kalimat pedas a.l: Wailulil Mukastibiinn,……dan lain sebagainya. Sebab dusta juga memiliki dampak dan pengaruh sosial yang sangat besar dimana dengan dusta tidak hanya kata dan fakta yang dapat dibolak balikkan yang kemudian mengakibatkan penyelewengan penyelewengan keuangan dan politik serta hukum. Tetapi dusta juga dapat mengantarkan pada kehancuran sebuah keluarga dan masyarakat disebabkan oleh apa yang disebut dusta.
Barang siapa yang memiliki ciri ciri sikap kelima bentuk keimanan tersebut diatas kemudian merawatnya secara kontinyu dan berkesinambungan dengan cara pendekatan yang sama atau dengan menambahkan beberapa tips peningkatan dan perawatan iman seperti dengan membaca Al-Qaur’an dan Dzikir, berkumpul dengan orang Sholeh, berdakwah, membaca dan menambah wawasan ilmu dan iman, membaca sejarah orang orang yang beriman dalam meningkatkan keimanannya dst, maka Allah swt menjamin mereka dengan Surga Firdaus dan kebhagiaan serta kesejahteraan di dunia. Tahukah anda ttg apakah itu Surga Firdaus dan kebahagaiaan serta kesejahteraan di dunia.

III. KESIMPULAN

Jadi berdasarkan konsep islam sikap orang beriman yang sudah dijelaskan di atas dapat disimpulkan bahwa
Iman adalah sesuatu yang harus di ikuti dengan iradah usaha dan amal sholeh sehingga keyakinan dan keimnan tersebut tumbuh menjadi rahmat dan kekuatan yang membumi dan bermanfaat, baik bagi Individu, maupun bagi masyarakat dan lungkungan serta alam sekitarnya. Sebagimana yang disabdakan Rasulullah saw: Al Iman laisa Attamannu Wattahayyul” . Bahwa Iman adalah bukan sesuatu yang dapat di capai hanya dengan melamun dan berkhayal, melainkan sesuatu yang dicapai dengan usaha yang sungguh sungguh melalui berbagai upaya amal sholeh dan kerja keras dalam mencapai keyakinan sampai datangnya El Maut. Juga sebagaimana yang difirmankan Allah swt: “ Sesungguhnya Allah swt tidak akan mengubah nasib suatu kaum sampai suatu kaum tsb mengubah nasibnya sendiri”. Dalam banyak surat, Allah swt seringkali menggandengkan antara Iman dan amal sholeh Misalnya “ dalam surah Al Ikhlas, Wal asri Inal Insaana lafii Husrinn, Illal Lasiina amaanu wa amilussholihat ,….ila akhiri. Bahwa “Demi Masa, Sesungguhnya manusia itu benar benar berada dalam kerugian kecuali orang orang yang beriman dan beramal sholeh serta saling ingat mengingatkan dalam kebaikan dan kebenaran dan bersabar dalam saling mengingatkan.”

IV. KRITIK DAN SARAN
Alhamdulillah saya bersyukur atas terselesainya Makalah Konsep Islam Tentang Sikap Orang Yang Beriman ini walaupun jauh dari kesempurnaan. Demikain makalah singkat ini saya susun, semoga bermanfaat bagi pembaca, bila mana dalam makalah ini terdapat kekurangan atau kehilafan saya mohon maaf yang tak terhingga, karena saya manusia biasa yang tak luput dari kesalahan, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat saya tunggu-tunggu terutama dari dosen pembina AIK, demi perbaikan kualitas dan karya saya di masa yang akan dating amiin.



V. DAFTAR PUSTAKA
- Al-Quranul Karim.
- Hadist Arbain, oleh Imam Nawawi.
- Hadis Sunan Abu Daud.
- Jktesa’sBLog

Kamis, 26 Mei 2011

Sifat dasar manusia

MAKALAH AIK MEMAHAMI SIFAT DASAR MANUSIA
I. PENDAHULUAN
Manusia diciptakan oleh Allah SWT. Dengan sifat yang sempurna diberinya akal, pikiran dan tenaga yang kuat serta diberinya makanan yang tersedia di dunia ini di samping itu manusia juga diberi nafsu dan sifat-sifat yang lain dan jika mampu manusia tersebut menggunakannya di jalan yang benar maka manusia tersebut akan diberi kenikmatan kebahagiaan dunia akhirat.
Manusia diciptakan oleh Allah secara garis besar hanyalah mengabdi atau menyembah Allah SWT. Sebagaimana Firman Allah dalam al-qur’an surat Adzariyat :56 yang berbunyi :
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-
Ku”. (Ad-Dzariyat: 56)
Ini adalah inti dari fungsi dan tujuan Allah menciptakan manusia., tidak hanya ketika menjalankan ibadah mahdhoh seperti shalat, puasa, zakat dan haji, tetapi juga dalam ibadah-ibadah sosial dalam upaya mewujudkan kesejahteraan hidup manusia.

II. PEMBAHASAN
    MEMAHAMI SIFAT DASAR MANUSIA
Manusia lahir berdasarkan fitrah atau ketetapan yang ada dari Allah, Manusia punya sifat dasar yang sudah menjadi naluri manusia antara lain :
1.    Manusia LEMAH
“Allah hendak memberikan keringanan kepadamu dan manusia dijadikan bersifat lemah” (Q.S. Annisa; 28)

2.     Manusia itu GAMPANG TERPERDAYA
“Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah” (Q.S Al-Infithar : 6)

3.    Manusia itu LALAI
“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu” (Q.S At-takaatsur  1)

4.     Manusia itu PENAKUT / GAMPANG KHAWATIR
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (Q.S Al-Baqarah 155)


5.    Manusia itu BERSEDIH HATI
“Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin , siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah , hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati” (Q.S Al Baqarah: 62)

6.    Manusia itu TERGESA-GESA
Dan manusia mendoa untuk kejahatan sebagaimana ia mendoa untuk kebaikan. Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa. (Al-Isra’ 11)

7.    Manusia itu SUKA MEMBANTAH
“Dia telah menciptakan manusia dari mani, tiba-tiba ia menjadi pembantah yang nyata.” (Q.S. an-Nahl 4)

8.    Manusia itu SUKA BERLEBIH-LEBIHAN
“Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan.” (Q.S Yunus : 12)
“Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas” (Q.S al-Alaq : 6)

9.    Manusia itu PELUPA
“Dan apabila manusia itu ditimpa kemudharatan, dia memohon (pertolongan) kepada Tuhannya dengan kembali kepada-Nya; kemudian apabila Tuhan memberikan nikmat-Nya kepadanya lupalah dia akan kemudharatan yang pernah dia berdoa (kepada Allah) untuk (menghilangkannya) sebelum itu, dan dia mengada-adakan sekutu-sekutu bagi Allah untuk menyesatkan (manusia) dari jalan-Nya. Katakanlah: “Bersenang-senanglah dengan kekafiranmu itu sementara waktu; sesungguhnya kamu termasuk penghuni neraka.” (Q.S Az-Zumar : 8 )

10.    Manusia itu SUKA BERKELUH-KESAH
“Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah” (Q.S Al Ma’arij : 20)
“Manusia tidak jemu memohon kebaikan, dan jika mereka ditimpa malapetaka dia menjadi putus asa lagi putus harapan.” (Q.S Al-Fushshilat : 20)
“Dan apabila Kami berikan kesenangan kepada manusia niscaya berpalinglah dia; dan membelakang dengan sikap yang sombong; dan apabila dia ditimpa kesusahan niscaya dia berputus asa” (al-Isra’ 83)

11.    Manusia itu KIKIR
“Katakanlah: “Kalau seandainya kamu menguasai perbendaharaan-perbendaharaan rahmat Tuhanku, niscaya perbendaharaan itu kamu tahan, karena takut membelanjakannya.” Dan adalah manusia itu sangat kikir.” (Q.S. Al-Isra’ : 100)

12.    Manusia itu SUKA MENGKUFURI NIKMAT
Dan mereka menjadikan sebahagian dari hamba-hamba-Nya sebagai bahagian daripada-Nya. Sesungguhnya manusia itu benar-benar pengingkar yang nyata (terhadap rahmat Allah). (Q.S. Az-Zukhruf  : 15)
sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhannya, (Q.S. al-’Aadiyaat : 6)

13.    Manusia itu DZALIM dan BODOH
“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat[1233] kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh, ” (Q.S al-Ahzab : 72)

14.    Manusia itu SUKA MENURUTI PRASANGKANYA
“Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.” (Q.S Yunus 36)

15.    Manusia itu SUKA BERANGAN-ANGAN
“Orang-orang munafik itu memanggil mereka (orang-orang mukmin) seraya berkata: “Bukankah kami dahulu bersama-sama dengan kamu?” Mereka menjawab: “Benar, tetapi kamu mencelakakan dirimu sendiri dan menunggu (kehancuran kami) dan kamu ragu- ragu serta ditipu oleh angan-angan kosong sehingga datanglah ketetapan Allah;dan kamu telah ditipu terhadap Allah oleh (syaitan) yang amat penipu.” (Q.S al Hadid 72)
yah… itulah 15 sifat manusia yang disebutkan dalam al-Quran. Mengerikan bukan? Adapun islam, sudah memberikan solusi untuk segala sifat buruk manusia ini.  Sungguh nikmat iman dan islam ini bukanlah sesuatu yang kita dapat dengan murah!!!
solusi pertama, tetap berpegang teguh kepada tali agama dan petunjuk-petunjuk dari Allah
Kami berfirman: “Turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (Q.S al-Baqarah : 38)
solusi kedua, tetap berada dalam ketaatan sesulit apapun situasi yang melanda
tetap berada dalam ketaatan disini, berarti bersegera menyambut amal-amal kebaikan. Mungkin seperti syair yang dilantunkan Abdullah bin Rawahah untuk mengembalikan semangatnya saat nyalinya mulai ciut di perang mut’ah ketika dua orang sahabatnya yang juga komandan pasukan pergi mendahuluinya. “wahai jiwa, jika syurga sudah di depan mata mengapa engkau ragu meraihnya”
pun Allah berfirman “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,” (Q.S. Ali Imran : 133)
solusi ketiga, jaga keimanan kita
adalah hal yang wajar, iman seseorang naik turun dan berfluktuatif. Sama mungkin seperti yang dikhawatirkan sahabat Hanzalah, ketika ia curhat kepada abu Bakar bahwa ia termasuk orang yang celaka. Mengapa demikian? karena ia merasa Imannya turun ketika jauh dari Rasulullah. Ternyata itu pula yang dirasakan lelaki dengan iman tanpa retak itu. Hinga mereka berdua akhirnya menghadap Rasulullah. Mendengar permasalahn mereka, Rasulullah hanya tersenyum dan menjawab, “selangkah demi selangkah Hanzalah!”
Tetapi sungguh, iman seorang mukmin yang baik, akan tetap memiliki trend yang menanjak.
Disinilah mungkin loyalitas kita kepada Allah diuji. Apakah kita bisa, belajar mencintai Allah diatas segala sesuatu, belajar mencintai sesuatu karena Allah, serta belajar membenci kekufuran!
solusi keempat, Berjama’ah

    TUJUAN PENCIPTAAN MANUSIA
Manusia sebagai makhluk Allah paling tidak memiliki tiga fungsi hidup di dunia ini,
dan ini merupakan tujuan penting Allah swt menciptakan manusia, ialah:
1. Khilafah. Firman Allah swt dalam surat Al-baqoroh, 30:
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi" (Al-baqoroh, 30 ).
Kata khalifah dapat berarti orang yang menggantikan, maksudnya menggantikan orang yang pernah ada sebelumnya bisa berupa malaikat yang ada di bumi atau makhluk lainnya, bisa juga berarti menggantikan peran Allah untuk mewujudkan kebaikan di dunia. Khalifah juga bisa berarti orang sholeh, penguasa atau pemimpin yang harus mendayagunakan amanah kepemimpinannya untuk kebaikan, keadilan dan kesejahteraan semua orang. Dalam pengertian ini manusia diberi oleh Allah amanah berupa kekuasaan dan tanggung jawab untuk mendayagunakan dan memakmurkan dunia untuk kesejahteraan umat manusia dalam upaya beribadah mengabdi kepada- Nya.
Pengertian khalifah sebagai penguasa atau pemimpin ini, tidak hanya terbatas bagi mereka yang memegang kekuasaan dalam suatu Negara. Dalam pandangan Islam setiap individu adalah penguasa atau pemimpin yang mempunyai tanggung jawab untuk menegakkan syariat Allah di dunia dengan beramar ma’ruf dan nahi munkar terlebih terhadap dirinya sendiri. Rasulullah saw bersabda:
Dari Abdullah bin Umar ra sesungguhnya Rasulullah saw bersabda: “Setiap kamu adalah pemimpin yang akan dituntut pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Seorang raja atau presiden yang memimpin manusia adalah pemimpin yang akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinan terhadap rakyatnya. Seorang suami adalah pemimpin atas keluarganya dan dia dimintai tanggung jawab atas kepemimpinan terhadap mereka. Seorang istri adalah pemimpin di rumah suaminya dan atas anak-anaknya, dia dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinan terhadap mereka. Seorang hamba (pembantu rumah tangga) adalah pemimpin atas harta tuannya, dia dimintai pertanggungjawaban atasnya, ketahuilah setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan dimintai tanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. (HR. Bukhari).
2. Tujuana manah, Allah swt berfirman dalm surat Al-ahzab 72 :
Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung- gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh (Al-ahzab 72). 
Dalam pengertian umum amanat ini adalah kesanggupan manusia untuk melaksanakan segala yang diperintah Allah dan menjauhi segala yang dilarang-Nya. Pada tujuan penciptaan manusia yang kedua ini, manusia sebagai hamba Allah yang telah diangkat sebagai khalifah di dunia, diserahi amanat untuk dengan ikhlas beribadah dan mengabdi kepada-Nya dengan menegakkan syariat Allah di dunia.
Dalam pengertian lebih khusus, ia adalah tanggungjawab setiap manusia sebagai pemimpin, dengan berusaha keras untuk menjadikan dirinya ahli dalam bidang yang ia tekuni. Serang guru misalnya, dikatakan telah berusaha memenuhi amanat apabila ia terus menerus meningkatkan kemampuan dan keahlian dalam bidang yang ia ajarkan, sehingga ia menjadi guru yang professional, demikian pula profesi-profesi yang lain.
3.Yang ketiga adalah tujuan ibadah.
Firman Allah dalam surat Ad-Dzariyat 72:
 “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-
Ku”. (Ad-Dzariyat: 56)
Ini adalah inti dari fungsi dan tujuan Allah menciptakan manusia. Tujuan khilafah dan amanah seperti diuraikan di atas, hendaknya ditunaikan dalam rangka beribadah dan tunduk patuh menyembah Allah dengan ikhlas - mengikuti segala perintah dan menjauhi larangan-Nya - dalam rangka mendapatkan keridaan-Nya, tidak hanya ketika menjalankan ibadah mahdhoh seperti shalat, puasa, zakat dan haji, tetapi juga dalam ibadah-ibadah sosial dalam upaya mewujudkan kesejahteraan hidup manusia.
Kesediaan manusia untuk tunduk patuh beribadah dan menyembah Allah ini, jauh hari telah diikrarkan oleh roh manusia pada saat ia akan ditiupkan ke dalam jasad janin di dalam perut ibunya. Allah berfirman:
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)".
Allah perkukuh fungsi dan tujuan ibadah ini dalam firman-Nya yang lain:
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta`atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus. (al-Bayyinah: 5)
Demikian, semoga kita mampu mewujudkan fungsi dan tujuan Allah menciptakan kita
hidup di dunia ini, dalam rangka mendapatkan keridaan-Nya. Amin.


III. KESIMPULAN
    Jadi dari urain di atas tentang memahami sifat dasar manusia dan tujuan penciptaan manusia, dapa di simpulkan bahwa tujuan diciptakan-Nya manusia  ialah
Tujuan penciptaan manusia
Khalifah yang dapat berarti orang yang menggantikan, maksudnya menggantikan orang yang pernah ada sebelumnya bisa berupa malaikat yang ada di bumi atau makhluk lainnya, bisa juga berarti menggantikan peran Allah untuk mewujudkan kebaikan di dunia.
Amanat adalah kesanggupan manusia untuk melaksanakan segala yang diperintah Allah dan menjauhi segala yang dilarang-Nya. Pada tujuan penciptaan manusia yang kedua ini, manusia sebagai hamba Allah yang telah diangkat sebagai khalifah di dunia, diserahi amanat untuk dengan ikhlas beribadah dan mengabdi kepada-Nya dengan menegakkan syariat Allah di dunia.
Menyembah Allah dengan ikhlas - mengikuti segala perintah dan menjauhi larangan-Nya dalam rangka mendapatkan keridaan-Nya, tidak hanya ketika menjalankan ibadah mahdhoh seperti shalat, puasa, zakat dan haji, tetapi juga dalam ibadah-ibadah sosial dalam upaya mewujudkan kesejahteraan hidup manusia.
Sifat dasar manusia
Manusia lahir berdasarkan fitrah atau ketetapan yang ada dari Allah, Manusia punya sifat dasar yang sudah menjadi naluri manusia, seperti pelupa, lalai penakut sedih hati dan lain-lain, dengan sifat tersebut jika manusia mampu mengolah, mengatasi dan memanfaatkan sifat tersebut dengan baik,  seperti contoh misalnya manusia sering lupa untuk mengantisipasi maka membuat catat atau pengiat yang ada dalam HP umpamanya, nah dengan demikian manusia sudah mampu mengantisipasi sifat pelupa tadi menjadi ingat, oleh karena itu kita sebagai manusia jadilah manusia yang mampu mengolah, mengatasi, dan memanfaatkan sifat-sifat yang telah diberikan oleh Allah kepada kita dengan menggunakan akal dan fikiran serta berdo’a meminta petunjuk kepada Allah SWT. Agar kita menjadi manusia yang soleh yang mampu berbuat baik kepada Allah dan sesama mahluk di muka bumi ini dengan harapan mendapatkan kebahagiaan dunia akhirat. Amin. 

IV. KRITIK DAN SARAN
Demikain makalah singkat tentang memahami sifat dasar manusia dan tujuan penciptaan manusia ini, semoga bermanfaat bagi pembaca, bila mana dalam makalah ini terdapat kekurangan atau kehilafan saya mohon maaf yang tak terhingga, karena saya manusia biasa yang tak luput dari kesalahan, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat saya tunggu-tunggu terutama dari dosen pembina AIK, demi perbaikan kualitas saya dan karya saya di masa yang akan datang.  Akhirnya saya ucapkan wassalamu’alaikum WR. WB.

                                    Penyusun,

               
V. DAFTAR PUSTAKA
Situs Masjid Al-muhklisin
www.taufiqsuryo.wordpress.com
www.scribd.com

Dalil gerak-gerik sholat AIK

MAKALH AIK DALIL GERAK-GERIK SHOLAT
Dalil Gerak-Gerik Sholat berpedoman  pada sifat-sifat sholat Nabi Muhammad SAW
Dalam hal  kita sebagai ummat Nabi Muhammad SAW melaksanakan sholat tentu mengikuti apa yang telah dilaksanakan oleh nabi kita Muhammad SAW, agar sholat dan ibadah kita baik dan benar sesuai dengan yang diajarkan oleh Rosullah SAW.
    Dalil gerakan sholat yang benar sesuai ajaran rosulullah adalah sebagai berikut :
1. Mengahadap Kiblat
Rasulullah SAW dalam melaksanakan sholat fardhu dan sunnah menghadap kiblat. Beliau punmemerintahakannya demikian dalam sabdanya kepada orang yang tidak benar sholatnya, ”Bila engkau berdiri untuk melakukan sholat maka sempurnakanlah wudhumu, kemudianmenghadaplah kiblat, lalu bertakbirlah” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam perjalanannya Rasulullah SAW biasanya melakukan sholat sunnah diatas kendarannya (unta). Beliau juga melakukan witir diatas kendaraannya dan mengadap kemana saja kendaraannya menghadap (timur maupun barat). Alloh berfirman dalam QS al-Baqarah ayat 115 (artinya) ”Maka kemanapun kamu menghadap disitulah wajah Alloh”.
Dalam riwayat Bukhari dan Ahmad disebutkan bahwa apabila hendak melakukan sholat fardhu, Rasulullah SAW turun dari tunggangannya lalu menghadap kiblat.
2. Berdiri
Dalam sholat fardhu dan sunnah Rasulullah SAW melakkukannya sambil berdiri sesuai denganperintah Alloh SWT dalam QS al-Baqarah ayat 238 (artinya) ”Berdirilah untuk Alloh (dalam sholatmu) dengan khusyu.”
Dalam sebuah riwayat Tirmidzi dan Ahmad disebutkan bahwa Rasulullah SAW melakukan sholat menjelang datang ajalnya sambil duduk. Dalam kesempatan lain Beliau melakukan sholat sambil duduk, yaitu ketika dalam keadaan sakit. Sedangkan orang-orang dibelakangnya mengikutinya sambil berdiri. Lalu Rasulullah SAW memberikan isyarat agar mereka duduk, maka merekapun duduk. Setelah selesei sholat Beliau bersabda ”Kalian tadi hampir saja melakukan apa yang telah dilakukan oleh bangsa Romawi dan Persia, dimana mereka berdiri di depan rajanya sedangkan rajanya duduk. Maka janganlah kalian melakukannya. Sesungguhnya keberadaan imam adalah agar diikuti. Bila ia ruku, maka rukulah; bila berdiri maka berdirilah; dan jika sholat sambil duduk maka duduklah bersama-sama”. (HR Muslim).
Sholat orang sakit sambil duduk, seperti sabda Beliau ”Shalatlah sambil berdiri. Bila tidak bisa, sambil duduk. Bila tidak bisa sambil terlentang.” (HR. Bukhari, Abu Daud & Ahmad). Juga Beliau bersabda ”Barangsiapa melakukannya dengan berdiri, maka itu lebih utama. Adapun bagi yang melakukannya sambil duduk maka baginya separoh pahala yang berdiri. Barangsiapa yang sholat sambil tidur (terlentang) baginya separuh pahala orang yang sholat sambil duduk. Yang dimaksud disini adalah orang yang sakit.” (HR. Bukhari, Abu Daud & Ahmad). Suatu ketika Rasulullah SAW mengunjungi orang yang sakit lalu melihat orang itu melakukan sholat diatas bantal. Rasulullah SAW mengambil bantal itu dan melemparkannya. Orang itu lalu mengambil ’ud (papan kayu) untuk sholat diatasnya. Tatapi Nabi SAW mengambil dan membuangnya lalu bersabda ”Sholatlah diatas tanah bila engkau bisa. Bila tidak cukuplah dengan isyarat, dan hendaknya isyarat sujudnya lebih rendah dari rukumu.” (HR. Thabrani, Bazzar dan Baihaqi).

Dalam hadits riwayat Bukhari dan Ahmad, Rasulullah SAW berdiri di dekat pembatas. Jarak antara beliau dan pembatas sekitar 3 hasta. Menurut Bukhari dan Muslim, jarak antara tempat sujudnya dan tembok cukup untuk dilalui seekor kambing.
Rasulullah SAW bersabda ”Janganlah engkau sholat kecuali dengan pembatas, dan janganlah engkau membiarkan seseorang lewat di depanmu dikala sholat. Jika dia memaksakan
kehendaknya lewat di depanmu, bunuhlah dia karena sesungguhnya ia bersama dengan setan.”(HR. Ibnu Khuzimah); dan juga ”Jika seseorang dari kalian melakukkan sholat pada pembatas hendaknya mendekatkan pada batas itu sehingga setan tidak dapat memutus sholatnya.” (HR Abu Daud, Bazzar dan Hakim).

Apabila Beliau sholat di tempat terbuka, tidak ada sesuatu sebagai pembatas (didepan tempat sholat), maka beliau menancapkan tombak didepannya. Lalu beliau melakukan sholat menghadappembatas itu, sedangkan orang-orang bermakmum dibelakangnya. Hal ini sebagaimana dikatakan Bukhari, Muslim dan Ibnu Majah. Beliau bersabda, ”Apabila seseorang diantara kalian meletakkan tiang sepanjang pelana di depannya, maka sholatlah menghadapnya dan hendaknya tidak menghiraukan orang yang lewat dibelakang tiang itu.” (HR Muslim dan Abu Daud).

Ibnu Khuzimah, Thabrani dan Hakim meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW tidak pernah
membiarkan sesuatu yang melewati antara dirinya dan pembatasnya. Pernah Beliau SAW sholat lalu lewat didepannya seekor kambing. Maka Rasulullah SAW mendahuluinya maju kedepan sampai perutnya menempel di dinding (sehingga kambing itu melewati belakang Beliau).
Suatu ketika Rasulullah SAW sholat wajib, Beliau SAW menggenggam tangannya. Usai sholat mereka bertanya “Wahai Rasulullah, adakah sesuatu yang baru dalam sholat?” Beliau menjawab “Tidak, hanya saja setan hendak lewat di depanku. Lalu aku cekik sampai lidahnya terasa dingin di tanganku. Demi Alloh, seandainya saudaraku, Nabi Sulaiman tidak mendahuluiku, maka aku akan ikat setan itu pada sebuah tiang masjid sehingga dapat dilihat anak-anak kecil penduduk Madinah.” (HR Ahmad, Daruquthni dan Thabrani).

Rasulullah SAW bersabda ”Apabila seseorang melakukkan sholat menghadap sesuatu sebagai pembatas dari orang lain, maka apabila seseorang melampaui batas didepannya itu maka hendaknya mendorong sekuatnya atau semampunya (dalam riwayat lain disebutkan : hendaknya menghalanginya dua kali). Jika ia tetap menerobos maka bunuhlah ia. Sesungguhnya dia adalah setan.” (HR Bukhari dan Muslim); juga Beliau bersabda ”Apabila orang yang lewat di depan orang yang sholat itu mengetahui dosanya, niscaya dia akan lebih baik berdiri 40 (empat puluh) tahun daripada berlalu didepan orang yang sholat.” (HR Bukhari dan Muslim).
Rasulullah SAW bersabda ”Sholat seseorang menjadi putus apabila tidak dibatasi dengan
semacam pelana didepannya lalu dilewati oleh wanita haid (balig), keledai dan anjing hitam” Abu Dzar berkata ”Wahai Rasulullah, apakah bedanya anjing hitam dan anjing berwarna merah?” Beliau menjawab ”Anjing hitam adalah setan.” (HR Muslim, Abu Daud & Khuzaimah).
Rasulullah SAW melarang orang melakukan sholat menghadap kubur dengan sabdanya
”Janganlah kalian sholat menghadap kubur dan janganlah duduk diatasnya.” (HR Muslim, Abu  Daud & Ibnu Khuzimah).

3.  Niat2
Rasulullah SAW bersabda ”Sesungguhnya segala perbuatan itu tergantung dari niatnya, dan sesungguhnya setiap orang mendapatkan balasan sesuai dengan niatnya (HR Bukhari & Muslim)

4. Takbir
Dalam hadits riwayat Muslim dan Ibnu Majah, disebutkan bahwa Rasulullah SAW membuka sholatnya dengan ucapan Allohu Akbar (Alloh Mahabesar). Beliaupun memerintahkan demikian kepada orang yang tidak benar dalam sholatnya, sebagaimana sabda Beliau SAW ”Tidaklah sholat seseorang itu menjadi sempurna sampai ia berwudhu dengan benar, lalu berkata Allohu Akbar”(HR Thabrani)
Beliau SAW juga bersabda ”Kunci sholat adalah suci, tahrimnya3 pengharamannya adalah takbir dan thalilnya4, penghalalannya adalah salam.” (HR Abu Daud, Tirmidzi & Hakim).
Dalam hadits riwayat Ahmad dan Hakim disebutkan bahwa Rasulullah SAW mengangkat
suaranya dalam takbir sehingga terdengar oleh orang-orang yang makmum dibelakangnya.
Rasulullah SAW bersabda ”Apabila imam mengucapkan Allohu Akbar, maka katakanlah Allohu Akbar” (HR Ahmad dan Baihaqi).

5. Mengangkat Tangan
Terkadang Rasulullah SAW mengangkat kedua tangannya sambil mengucapkan takbir, dan terkadang mengangkatnya setelah takbir, dan terkadang (mengangkat tangan) setelah ucapan takbir. Beliau SAW mengangkat kedua tangannya dengan jari terbuka rapat (tidak renggang dan tidak menggenggam). Dan Rasulullah SAW mengangkatnya sampai sejajar dengan kedua bahunya dan terkadang sampai kedua telinganya.

6. Meletakkan Tangan Kanan Diatas Tangan Kiri (Bersedekap)
Rasulullah SAW meletakkan tangan kanannya diatas tangan kirinya. Beliau SAW bersabda ”Sesungguhnya para Nabi memerintahkan kepada kita agar mempercepat saat berbuka dan mengakhirkan waktu sahur dan agar meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri kita dalam sholat.” (HR Ibnu Hibban dan Dhiya).
Dalam kitab Raudhatu ath-Thalibin (1/224 cet. Al-Maktab al-Islami) Nawawi berkata, “Niat adalah maksud. Seseorang yang akan melakukan sholat tertentu dalam hatinya telah terdetik maksud sholat yang akan dilakukannya seperti sholat Dzuhur, sholat fardhu, dan lainnya. Kemudian maksud ini dinyatakan bersamaan dengan awal takbir.” Yaitu melarang perbuatan-perbuatan yang dilarang Alloh. Yaitu menghalalankan apa saja yang dilakukan diluar sholat. HR Bukhari & Abu Daud. HR Bukhari & Nasa’i HR Bukhari & Nasa’i HR Abu Daud, Ibnu Khuzaimah, Tamam & Hakim dan disahkan olehnya serta disetujui oleh Dzahabi. HR Bukhari & Abu Daud
HR Muslim dan Abu Daud dan telah ditakhrij dalam Irwa’.

7. Meletakkan Kedua Tangan (Bersedekap) di Dada
Nabi SAW meletakkan tangan kanan diatas punggung tangan kirinya, pergelangan dan lengan, dan memerintahkan demikain kepada sahabat-sahabatnya. Terkadang Beliau SAW mengenggam lengan kirinya dengan jari-jari tangan kanannya. Beliau SAW meletakkan keduanya di atas dada.

8. Khusyu dan Memandang Tempat Sujud
Dalam hadits riwayat Baihaqi dan Muslim disebutkan bahwa Nabi SAW dalam sholat
menundukkan kepalanya dan pandangannya tertuju ke tanah. Rasulullah melarang mengangkat pandangannya ke langit sebagaimana tercantum dalam hadits riwayat Bukhari dan Abu Daud. Larangan itu dipertegas dengan sabdanya ”Hendaknya orang-orang menghentikan mengarahkan pandangannnya ke langit pada waktu sholat atau tidak dapat kembali lagi kepada mereka (dalam riwayat lain disebutkan : atau mata-mata mereka tercolok)”. (HR Bukhari, Muslim & Siraj).
Dalam hadits lain disebutkan ”Apabila kalian melakukan sholat maka hendaknya janganlah menolah-noleh karena Alloh akan menghadapkan wajahNya kepada wajah hambanya ketika sholat selama ia tidak menolah-noleh.” (HR Tirmidzi dan Hakim)

Dalam hadits yang diriwayatkan Ahmad dan Abu Ya’la disebutkan bahwa Rasulullah SAW melarang 3 perkara dalam sholat. Yaitu sholat dengan cepat seperti ayam yang mematuk, duduk di atas tumit seperti duduknya anjing, dan menolah-noleh seperti musang. Beliau SAW juga bersabda ”Sholatlah seperti halnya sholat orang yang akan meninggal, yaitu seakan-akan engkau melihat Alloh. Jika engkau tidak melihatNya maka sesungguhnya Dia melihatmu.” (HR Thabrani, Ibnu Majah & Ahmad).

Beliau telah sholat dengan baju yang terbuat dari wol yang bergambar, lalu Rasulullah SAW. melihat sepintas gambar-gambar itu. Usai sholat Beliau SAW bersabda ”Bawalah bajuku ini kepada Abu Jahm dan bawalah kepadaku kain yang kasar Abu Jahm. Karena bajuku ini telah mengalihkan perhatian sholatku tadi. (dalam riwayat lain dikatakan : Sesungguhnnya aku telah melihat gambarnya saat sholat dan hampir saja aku tergoda).” (HR Bukhari, Muslim & Malik).
Aisyah mempunyai kain bergambar untuk tirai, Rasulullah SAW sholat menghadapnya. Lalu Rasulullah SAW bersabda ”Jauhkanlah kain itu, sesungguhnya gambarnya mengganggu sholatku.” (HR Bukhari & Muslim). Beliau SAW bersabda ”Tidak sempurna sholatnya orang yang telah terhidang makannya, serta ketika menahan keluarnya angin dan buang air.” (HR Bukhari & Muslim).


KESIMPULAN

Ternyata gerak gerik sholah yang kita lakukan itu sudah mengikuti apa yang telah dilakukan oleh Nabi kita Muhammad SAW, sebagai mana beliau bersabda “sholatlah kamu sebagaimana saya melakuakan sholat
Denagan demikian janganlah kita melakukan gerakan sholat yang tidak dilakukan oleh nabi Kita Muhammad SAW, agar kita tidak tersesat.

KRITIK DAN SARAN
    Demikain makalah singkat ini saya susun, semoga bermanfaat bagi pembaca, bila mana dalam makalah ini terdapat kekurangan atau kehilafan saya mohon maaf yang tak terhingga, karena saya manusia biasa yang tak luput dari kesalahan, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat saya tunggu-tunggu terutama dari dosen pembina AIK, demi perbaikan kualitas saya dan karya saya di masa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA
Kitab Raudhatu ath-Thalibin
Arifahmanlubis.wordpress.com